Tuesday, April 9, 2013

Nama Bulan Aceh (Buleun Atjeh)


Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh tidak menggunakan nama bulan Masehi, tetapi mereka mempunyai nama bulan dan harinya sendiri yang merujuk ke Tahun Hijriah. Hal itu dikarnakan mayoritas masyarakat Aceh beragama Islam, perhitungan bulan Aceh mengikuti hitungan bulan Qamariyah dimana hitungannya dimulai pada malam tiba, berbeda dengan hitungan tahun Masehi yang dimulai lewat tengah malam yang dinamakan tahun Syamsiah. Adapun  nama-nama bulan Aceh sebagai berikut :



1. Muharram         di sebut
Asan Usen
2. Safar                     >
Sapha
3. Rabiul Awal         >
Mauelot
4. Rabiul Akhir          >
Maulot
5. Djumadil Awal     >
Adoe Maulod /Meulot Tenog
6. Djumadil Akhir     >
Maulot Keuneulheih
7. Radjab                 >
Kanduri Boh Kayee
8. Sya’ban               >
Kanduri Apam
9. Ramdhan            >
Kanduri Bu
10. Syawal               >
Uroe Raya
11. Zulka’edah        >
Mapet atau Meuapet
12. Zulhijjah              >
Haji

Sedangkan nama hari juga memakai nama hari sendiri, satu minggunya orang Aceh serupa juga dengan seminggu orang Islam lainnya, yaitu tujuh hari. Sebagai berikut:
  1. Aleuhad             = Ahad ( Minggu )
  2. Seunanyan        = Senin
  3. Seulasa               = Selasa
  4. Rabu                   = Rabu
  5. Hameh               = Kamis
  6. Djeumeu'at        = Jum’at
  7. Sabtu
                  = Sabtu

Orang Aceh menganggap bulan Puasa (Ramadhan) adalah bulan yang utama, begitu juga hari Djeumeu'at (Jum'at) di anggap sebagai hari yang paling mulia di antara hari2 lainnya.
Dalam kehidupan masayarakat dahulu, semua bulan itu mempunyai makna atau kegiatan dan arti yang akan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. 
Bukan pertama Asan-Usen. Pada tanggal 10 bulan Asan-Usen di jadikan tanggal berkabung, untuk memperingati meninggalnya cucu Rasulullah, Saidina Hoesin dan Saidhina Hasan yang syahid dalam perang. Di samping itu juga para perempuan juga memasak bubur yang di namai "kanduri asjura" yang terdiri dari beras dan berbagai buahan.
Bulan kedua, Sapha (Safar), para orang tua dahulu menganggap bulan Sapha  sebagai bulan yang tidak baik, apabila ada acara penting atau istimewa yang berkenan dengan urusan rumah tangga, maka pekerjaan tersebut tidak di laksanakan, di tunda. Disamping itu, pada setiap rabu habeh (rabu minggu terakhir bulan Safar) masyarakat Aceh melakukan ritual tolak bala (buang sial/naas) kelaut dengan cara mandi laut sepuasnya untuk menghanyutkan semua sial ke laut. Tetapi, dimasa sekarang ritual rabu habeh ini sudah mulai di tinggalkan karna di anggap bertentangan dengan syariat, atau syirik.

Pada bulan ketiga sampai kelima. Dimulai pada tanggal 12 Rabi'ul awal sampai 100 hari ke depannya, masyarakat mengadakan kenduri maulid Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang di sebut "kanduri maulot" sebagai memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, baik secara besar-besaraan maupun sederhana, perayaan maulod ini diadakan kapan saja selama 100 hari bulan maulod. Biasanya kanduri maulot di adakan beramai2 di meunasah-meunasah. Dengan membawa hidangannya dari rumah masing-masing yang di tutup dengan sange (tudung). Yang menjadi tamu kanduri maulot adalah masyarakat tetangga yang di undang dari desa2 sekitar, di sela-sela kanduri moulot juga diadakan acara meudike.

Semasa penduduk Aceh Rayek (Aceh Besar) masih terikat pada perkauman (adat), sebelum Sulthan Iskandar Muda berkuasa, kesempatan itu dipergunakan juga untuk memperbaharui silsilah keturunan mereka.
Selain kanduri maulot di Aceh juga banyak di lakukan kanduri-kanduri lain pada tiap bulan, misalnya pada bulan ke enam, Khanduri boh kayee (Djumadil Akhir) di lakukan khanduri boh kayee (buah-buahan) karna pada bulan tersebut banyak buah-buahan yang siap di panen untuk di jual. Dimulai ini juga disebut bulan maulid sepuluh hari, karna 10 hari pertama bulan boh kayee masuk  ke 100 hari bulan maulid.

Pada bulan ketujuh, buleun Apam/Ra’jab di lakukan kanduri Apam atau Toet Apam (sejenis kue serabi), kanduri Apam ini di lakukan di setiap rumah masing2 yang di hidangkan kepada setiap tamu yang lewat di depan rumah ada juga yang sengaja di undang.
Kanduri toet Apam selain di lakukan pada bulan Apam/Ra’jab, juga tot apam juga di lakukan pada saat ada orang meninggal dunia yang di hidangkan setelah prosesi pemakaman.

Dan pada bulan ke delapan bulan Khanduri Bu (Nasi)/ Sya’ban. Dikatakan kanduri bu adalah karena pada tanggal 15 Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) masyarakat Aceh melakukan khanduri Beureuat atau malam Nishfu Sya’ban.
Tiap2 rumah membawa satu hidangan ke meunasah2 yang di hadiri laki2 dan anak2 setelah shalat magrib untuk menyantap kahduri beureuat. Dan pada saat itu juga, setiap pagar masuk rumah (babah roet) juga di nyalakan panyot (sejenis lampu teplok).

Bulan Puasa, bulan kesembilan. Di samping berpuasa sekaligus mengurangi rutinitas pekerjaan, harus hidup tenang dan banyak membaca kitab2 keagamaan yang di sebut "meuteula'ah". Pada malamnya sesudah melakukan shalat tarawih di lanjutkan dengan tadarus  (meudaruih) atau membaca Al-Quran.
Di setiap desa2 tepatnya menasah diadakan wot ie bu (masak bubur) untuk persiapan buka puasa bersama di meunasah, hal tersebut dilakukan sebulan penuh bulan Puasa, disamping untuk buka puasa juga dibolehkan untuk membawa pulang kerumah. (NB: di Aceh, acara buka puasa bersama di lakukan sebulan penuh di meunasah2 yg dihadiri para laki-laki).
Ketika memasuki malam ke-17 puasa, masyarakat memperingati ulang tahun turunnya Al-Quran dengan mengadakan kanduri di meunasah, sementara memasuki hari ke-27 puasa masyarakat mengeluarkan zakat fitrah yang di serahkan pada Teungku Meunasah (Imam). Pada2 malam 27 itu dahulu memasang lampu2 kecil di rumah masing untuk memuliakan malam lailatulqadar.
Memasuki malam 1 Sjawal atau buleun Uroe Raya, orang sudah mulai memuji-muji (takbir) kebesaran Allah baik di meunasah2, maupun di mesdjid2 dan rumah2. Pagina berkumpul di mesdjid2 untuk sembahyang Hari Raya Idul Fitri. Setelah itu, di lakukan kunjung-mengunjung untuk beberapa hari lamanya.
Bulan kesebelas, bulan Mapet (Zulkaidah). Dikatakan bulan Mapet di karnakan bulan ini ada diantara dua kali hari raya
Bulan kedua belas, bulan Haji. Pada tanggal 10 Zulhijjah (Haji) orang Aceh merayakan Hari Raya Haji, seperti hari Raya Puasa. Bedanya setelah Shalat Idul Adha di lakukan penyembelihan kurban untuk fakir-miskin dan anak yatim.
Disamping itu, pada bulan ini ada beberapa pantangan tiga hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Adha, seperti tidak boleh pergi ke sawah/kebun/kelaut, dan bagi siapa yang melanggar pantangan ini di percaya akan menerima musibah atau kecelakaan yang akan menimpanya. Hal tersebut di lakukan untuk menghormati orang yang sedang menunaikan Ibadah Haji di tanah suci.
Intisari dikutip dari  Buku Muhammad Hussein. terbit Kuta Radja 1970.

Comments
1 Comments

1 comment: